Jembatan Rusak Akibat Banjir di Desa Tadangpalie Jadi Perhatian Bupati Wajo, Diperbaiki 2022

WAJO, suaraya.news — Banjir yang melanda Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu, mengakibatkan banyak kerusakan. Tidak hanya permukiman warga dan lahan pertanian, banjir juga merusak beberapa infrastruktur. Salah satunya jembatan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wajo melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, terdapat 20 jembatan yang ada di empat kecamatan di Wajo ikut terdampak banjir. Terparah, jembatan gantung di Desa Tadangpalie, Kecamatan Sabbangparu, Wajo. Jembatan gantung yang menjadi akses utama masyarakat Dusun Abbanuang’e itu rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Pertanahan (PUPRP) Wajo, Andi Pameneri mengungkapkan, telah menerima laporan rusaknya jembatan gantung di Desa Tadangpalie. Dia mengemukakan, jembatan Di Desa Tadangpalie itu sebelumnya telah menjadi perhatian pemerintah daerah dengan memasukkannya ke dalam perencanaan penanganan pada 2022 nanti.

“Kami sudah terima laporannya dan ini memang telah menjadi perhatian dan instruksi Bapak Bupati (Amran Mahmud). In Syaa Allah, kami akan tangani awal tahun 2022 nanti dengan menggunakan anggaran swakelola,” ungkap Pameneri, Jumat, 17 Desember 2021.

Pameneri menjelaskan, pembangunan infrastruktur memang menjadi perhatian dan merupakan salah satu program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Wajo, Amran Mahmud-Amran.

“Oleh karena itu, kita juga memaksimalkan penggunaan anggaran swakelola untuk penanganan skala kecil dan pemeliharaan infrastruktur yang membutuhkan penanganan cepat,” katanya.

Sementara, Camat Sabbangparu, Andi Wana, menyampaikan kondisi jembatan gantung di Desa Tadangpalie memang sudah rapuh dan butuh penanganan. Selama ini masyarakat yang berswadaya memperbaiki.

“Kondisi jembatan gantung itu memang telah rapuh dan butuh renovasi, begitu diterjang banjir 7 Desember kemarin, akhirnya jadi rusak parah,” terangnya.

Padahal, kata dia, jembatan ini merupakan akses alternatif masyarakat setempat untuk bepergian serta sangat dibutuhkan masyarakat pada saat panen untuk menjual hasil kebunnya.

“Meski jembatan gantung ini bukanlah satu-satunya akses masyarakat ke ibu kota kecamatan, namun beberapa akses jalan jaraknya cukup jauh. Lewat jembatan ini bisa lebih menghemat waktu dan jarak. Apalagi untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan masyarakat,” sebutnya.

Dia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait segera melakukan upaya perbaikan agar akses jembatan bisa dilalui kembali masyarakat. Apalagi Dusun Abbanuang’e adalah daerah yang secara geografis dikelilingi aliran Sungai Walennae. Ada sekitar 100 kepala keluarga (KK) yang merasakan dampak dari rusaknya jembatan gantung tersebut. (*)